Senin, 15 Februari 2010

Kisah Pak Jlagra, sang pemecah batu

WAYANG 
WAYANG

Kisah Pak Jlagra, sang Pemecah Batu

Adalah seorang pemecah batu, bernama Pak Jlagra, tinggal disuatu desa yang tandus, tempat dimana  hampir hampir  tidak ada  tanaman yang bisa tumbuh.  Penduduk di desa itu bermata pencaharian sebagai pemecah batu, satu diantaranya Pak Jlagra.

Pada suatu hari Pak Jlagra, sedang bekerja keras, peluh bercucuran dan kerongkongan pun kering sementara air minum yang dibawanya telah habis. Sedangkan di daerah ini, air jarang dijumpai. Demikian keadaan para pemecah batu sehari hari. 

Pada suatu hari, dari atas gunung batu, Pak Jlagra melihat mobil mobil mewah berlalu lalang dibawahnya. Terbetik hatinya, mengapa ia tidak dilahirkan menjadi orang kaya seperti mereka. Seandainya saja  menjadi orang kaya seperti mereka, alangkah bahagianya aku. Aku tidak bersusah payah memecah batu seperti ini. Tiba tiba saja, Pak Jlagra  dalam waktu tidak lama kemudian  sudah tinggal  didalam sebuah rumah mewah. Pak Jlagra terkagum kagum dibuatnya, mengapa ia bisa tinggal disitu. Rumah siapa, mobil siapa dan nampak ada beberapa pembantu rumah tangga sedang bekerja. Sedangkan ia sudah memakai baju yang indah dan mahal mahal.  Masih bingung memikirkan apa yang terjadi, para pembantu itu kemudian melaporkan kepada Pak Jlagra, bahwa semua pekerjaan nya sudah selesai. Mereka telah menyiapkan makanan, menyiapkan baju harian, juga mereka telah membersihkan lantai dan semua kamar,  mereka juga telah membersihkan halaman rumah dan taman. Pak Jlagra senang dipanggil dengan sebutan tuan Jlagra oleh mereka. Tahulah ia sekarang, bahwa rumah yang didiami itu adalah rumah sendiri. Pada suatu hari ketika Pak Jlagra berkendaraan mobil mewah, mendadak jalannya macet. Banyak kendaraan terjebak disitu. Mereka tidak bisa meneruskan perjalanannya lagi. Ternyata yang membuat kemacetan jalan adalah rombongan raja yang sedang melintas kejalan itu. Pak Jlagra jengkel sekali. Ia ingin sekali menjadi raja, seperti raja ini yang bikin kemacetan jalan. Jadi Raja adalah paling enak, semua dilayani para dayang. Tiba tiba saja setiap kali pak Jlagra mengatakan keinginannya, menjadi kenyataan. sekarang ia sudah duduk diatas singgasana. Banyak dayang dayang, para punggawa dan pejabat kerajaan mengelilinginya.

Pada suatu saat, kerajaan dilanda kemarau berkepanjangan. Matahari begitu teriknya, hampir semua sumber air mengalami kekeringan, dan tanaman panganpun mengalami gagal panen. Melihat keadaan ini, Raja Jlagra, belum puas juga menjadi raja, ia masih saja mengeluh kalah dengan matahari.Tiba tiba saja, ia terbang keangkasa jauh diantariksa, ia berubah menjadi matahari. Matahari Jlagra merasa senang, karena dengan menjadi matahari, tidak seorangpun akan mengganggu dirinya, siapapun juga tidak ada yang menandinginya.  Kini  matahari dengan angkuh memamerkan kekuatannya. semua sumber air  kering, sendang dan sungai, sumur pun menjadi kering. Namun Tuhan maha adil.

Tiba tiba langit mendung menutupi sebagaian matahari Jlagra. Matahari Jlagra mencoba meningkatkan sinarnya, agar panasnya tetap memanasi bumi. Namun  matahari Jlagra sekarang   tertutup mendung. Matahari Jlagra tidak dapat menampakkan dirinya lagi. Matahari Jagra tidak puas menjadi Matahari. Kalau begitu caranya, aku lebih baik jadi hujan, demikian ujarnya.  Jlagra pun mnjadi hujan. Hujan sangat deras sekali. Hujan Jlagra ingin menenggelamkan seluruh permukaan bumi. Hujan Jlagra membuat kesengsaraan  banyak orang, Banjir, tanah longsorpun terjadi, korban berjatuhan  dimana mana. Hujan jlagra tertegun ketika melihat ada sebuah batu besar menjulang tinggi. Hujan Jlagra tidak sanggup lagi untuk menenggelamkan batu itu. Hujan Jlagrapun belum puas juga, ia tidak mau kalah dengan gunung batu itu. Ia ingin menjadi gunung batu. Tanpa menungggu waktu lama hujan Jlagra berubah menjadi gunung batu. Belum lama menjadi gunumg batu , gunung batu Jlagra merasa kesakitan. Rupanya banyak para pemecah batu sedang memecahkan batu itu. Pak Jlagra tidak kuat menahan sakitnya  lagi, ia ingin menjadi jlagra saja, ingin menjadi pemecah batu saja. Ternyata apa yang baru terjadi, merupakan mimpi disiang hari. Karena Pak Jlagra yang kelelahan memecah batu, tertidur dan bermimpi. Pak Jlagra bersyukur kepada Allah SWT, karena kisah yang baru dialami itu, hanya mimpi. Ia sekarang mengerti bahwa menjadi jlagra, menjadi pemecah batu, adalah pekerjaan yang mulia. Iapun menekuni pekerjaannya dengan senang hati***
                                                                     
Diceritakan kembali oleh Wayang Wayang.